Kejayaan jalur rempah di Banten sekitar abad ke-16 sampai abad ke-18 menyisakan tinggalan sejarah pada masa Kesultanan Banten, salah satunya adalah kuliner rabeg.
Rabeg menjadi warisan kuliner yang populer di daerah Kaujon, Kaloran, Sukalila dan beberapa daerah di sekitaran Serang. Di Banten sendiri, daerah-daerah yang banyak ditemukan persebaran kuliner Rabeg yaitu daerah yang ditinggali oleh para Pamong Praja Pribumi setelah runtuhnya Kesultanan Banten.
Wilayah-wilayah tersebut ditinggali oleh para ningrat, di antaranya ada dua keturunan besar seperti Tubagus dan Mas serta beberapa Ayip. Oleh sebab itu, persebaran olahan kuliner rabeg sebagai kuliner tinggalan Kesultanan Banten lebih populer di daerah Serang.
Proses memasak rabeg-pun berbeda dengan proses memasak sate bandeng. Memasak sate bandeng menggunakan rempah utama yaitu jintan dan ketumbar. Sedangkan memasak rabeg memerlukan rempah khusus yaitu menggunakan bunga lawang dan kapulaga.
Bunga lawang adalah komoditas rempah yang berasal dari Tiongkok bagian selatan hingga ke Vietnam. Seperti halnya dengan sate bandeng, rabeg juga menggunakan rempah-rempah impor yang pada masa itu diperdagangkan oleh para pedagang asing di pasar-pasar Banten.
Bahan utama memasak rabeg yaitu daging kambing. Kesultanan Banten memang telah lama memiliki tradisi mengolah daging yang dipadukan dengan berbagai rempah. Daging kemudian diolah dan dipadukan dengan rempah sehingga memiliki cita rasa Timur Tengah yang gurih, manis, dan kental.
Kuliner yang memiliki cita rasa lada yang kuat ini dipengaruhi oleh komoditas perdagangan di Banten pada masa silam. Selain lada dan bunga lawang, rabeg juga membutuhkan sejumlah rempah lain seperti jahe, laos, bawang merah, ketumbar, kapulaga, serai, jinten, kayu manis dan sebagainya.
Rabeg sebagai warisan kuliner khas Banten memiliki cita rasa yang dipertahankan dari masa lalu hingga hari ini. Selain termaktub dalam beberapa catatan sejarah, tinggalan bangunan, tradisi, hingga agama, tinggalan era Kesultanan Banten masih bisa kita rasakan dari jejak warisan kulinernya.
Sumber: Jalurrempah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI.